Home Page

Banner Web

Berita

April 10, 2024

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H

Momen indah untuk mempererat tali silaturahmi dalam kebersamaan. Mengisi hati dengan kebahagiaan sejati di hari kemenangan ini. KITLV-Jakarta dan Leiden...
Read More
April 5, 2024

Pengumuman Libur Hari Raya Idul Fitri

Dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Perpustakaan KITLV-Jakarta tutup pada 8-15 April 2024. Kembali dibuka pada 16 April...
Read More
January 18, 2024

Lingling Wiyadharma Fellowship 2024

Lingling Wiyadharma Fellowship 2024 Tahun ini Perpustakaan Universitas Leiden kembali membuka kesempatan meneliti koleksinya, terutama tentang Asia Tenggara dan Indonesia....
Read More

Terbitan

Rogier Chorus, Untuk Hukum dan Keadilan; Paul Scholten (1875-1946): biografi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta, 2024, xxii+422 hlm.

PAUL SCHOLTEN dipandang sebagai pakar hukum Belanda terbesar di abad yang lalu.
Pemikiran orisinalnya tentang hukum dan penemuan hukum itu masih menjadi perbincangan di kalangan hukum. Scholten juga seorang organisator berbakat yang antara lain berhasil mendirikan Rechtshogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia (sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia). Rasa keadilannya membawanya pada sikap pantang menyerah terhadap penjajah di masa perang; ia mengilhami banyak muridnya yang berperan dalam pengembangan studi setelah perang.

Read More

Terbitan

La Galigo: Menurut Naskah NBG 188, jilid 4. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; Perpustakaan Nasional RI; Universitas Hasanuddin; Yayasan Hadji Kalla; KITLV-Jakarta, 2024, xxv+815 pp.

Kisah berkisar pada Sawérigading yang berlayar menjelajahi berbagai negeri. Pelayaran tersebut, selian untuk melihat tata cara pemerintahan kerajaan yang lain, menghadiri pesta kebesaran, juga pelayaran yang membawanya kepada perjodohan dengan sejumlah sepupu sekalinya. Istri-istri yang kemudian disebut sebagai To Mallimpoé. Rute perjalanan yang tak jauh dari Luwuq dalam pelayaran Sawérigading, adalah wilayah kekuasaan dari paman-pamannya: Dusung negeri La Tenriangkeq, Ussu negeri To Pakkellareng, Siwa dan Larompong negeri La Tenrigellaq, Lompoq negeri La Temmallureng, Sama negeri I La Lumpongeng, Walinono negeri La Pattaungeng, Buluq negeri La Tenrilekkeq, Sao Lebbaq negeri La Temmallolong, Buakaja negeri La Mappabombang, Baébunta negeri La Tenrioddang, Pompessi negeri La Mattuppuang, Matana negeri La Pattingelleq, Takkébiro negeri La Pangoriseng. Sementara itu, di Alé Luwuq, Wé Tenriabéng sedang dipersiapkan upacara tuppu jurug-nya: sebuah upacara yang dipimpin oleh Bissu untuk keluar rumah dan menginjakkan kaki di tanah. Wé Tenriabéng sudah dewasa tetapi belum juga diupacarakan. Karena itu, segala upaya dilakukan agar Sawérigading dapat dihalangi supaya tak bertemu pandang dengan saudara kembarnya.

Compiled by Rétna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa, translated by Nurhayati Rahman, Basiah, Faisal Oddang.

Read More

Translate »